Desa Pajahan merupakan salah satu desa penghasil kopi robusta terbaik di Kecamatan Pupuan Kabupaten Tabanan, Bali. Hasil produksi yang melimpah hingga mencapai 1000 ton per tahun, kemudian diolah menjadi kopi bubuk. Kualitas kopi bubuk yang dihasilkan 100% asli tanpa campuran yang merupakan hasil petik merah. Inilah yang menjadi salah satu keunggulan kopi bubuk robusta Desa Pajahan yang selalu dijaga cita rasanya. Kemasan produk kopi bubuk robusta Desa Pajahan dikemas dalam ukuran berat 250 gr, 500 gr dan 600 gr.Tahun 2019, sebanyak 5 orang petani kopi Desa Pajahan yang tergabung dalam Kelompok Petani Kopi Robusta Tugu Sari Pajahan mendapatkan bantuan dana pinjaman Kemitraan dari PT Pengembangan Pariwisata Indonesia (Persero) atau Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC). Total penyaluran nilai dana kemitraan yang diberikan kepada Kelompok Petani Kopi Robusta Tugu Sari Pajahan sebesar Rp 250.000.000,- dengan masa pinjam selama 2 Tahun. Ketua Kelompok Petani Kopi Robusta Tugu Sari Pajahan Made Marsudi menyampaikan bahwa produk kopi bubuk robusta Desa Pajahan tersebar di seluruh wilayah di Bali. Hal ini dikarenakan kerjasama dengan salah satu toko modern yang outletnya cukup banyak tersebar seluruh wilayah di Bali. Harga kopi bubuk robusta Desa Pajahan berada pada kisaran harga sekitar Rp. 15.000,- hingga Rp 50.000,-. Bagi masyarakat yang ingin menikmati kopi bubuk robusta Desa Pajahan dapat menghubungi Bapak Made Marsudi (081-337-350-404). (pkbl/ sulasa).
Keberadaan sapi Bali di Indonesia selama ini sangat dikenal sebagai sapi dengan varietas unggulan. Beberapa keunggulan dari Sapi Bali antara lain mempunyai angka pertumbuhan yang cepat, adaptasi dengan lingkungan dan reproduksi yang baik. Sapi Bali juga merupakan sapi yang paling banyak dipelihara pada peternakan kecil karena fertilitasnya baik dan angka kematian yang rendah. Kelompok peternak sapi Agro Sari Desa Jempanang, Petang Badung, Bali yang terdiri dari 10 orang anggota merupakan kelompok peternak sapi yang melakukan pola penggemukan dan pembibitan sapi Bali untuk menunjang perekonomian keluarga. Rata-rata mereka memelihara 2-3 ekor sapi dengan kombinasi sapi jantan dan sapi betina. Pada Tahun 2019, kelompok ini memperoleh bantuan dana program kemitraan dari PT Pengembangan Pariwisata Indonesia (Persero)/Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) berupa modal usaha untuk dapat membeli dan menambah bibit sapi baru baik jantan dan sapi betina. Ketua kelompok Agro Sari Nyoman Sudarta (0878-60476423) mengatakan bahwa saat ini harga sapi jantan sudah siap jual mencapai Rp. 18 juta per ekor sedangkan yang betina setelah melahirkan dan dilakukan pegemukan bis laku terjual sekitar Rp 10-12 juta tergantung kondisi sapi. (pkbl/ sulasa)
Di Bali, beberapa daerah yang merupakan sentra kain tenun atau songket memilki corak dan model tersendiri sebagai ciri khas daerah tersebut. Kerajinan kain tenun tidak hanya merupakan keterampilan yang bersifat turun temurun bagi masyarakat Bali namun juga digunakan sebagai identitas artefak ritual. Selain itu kain endek tidak hanya digunakan sebagai cinderamata tetapi juga merambah ke dunia fashion. Kecamatan Sidemen, Karangasem, merupakan salah satu daerah penghasil kain tenun yang memiliki ciri khas pada kain yang dihasilkan yakni tampilan motif yang padat dan memiliki kesan autentik serta penggunaan warna yang sangat bervariasi. Kerajinan tenun di Sidemen berkembang dengan baik dan hampir setiap penduduk disana bisa menenun dari proses belajar turun temurun. Di Sidemen terdapat dua jenis kain tenun yang dihasilkan yaitu kain endek dan kain songket. Untuk harga sebuah kain endek mulai dari Rp 250.000,- sampai dengan Rp 500.000,- sesuai bahan dan motifnya. Sedangkan kain songket yang biasanya banyak digunakan saat hari-hari upacara khusus seperti pernikahan, upacara potong gigi, dan saat hari raya besar agama Hindu harganya lebih tinggi dari kain endek. Rata-rata harga kain songket berkisar Rp. 1.000.000 sampai dengan Rp. 10.000.000,-. Harga kain songket sangat tergantung dari motif dan bahan yang digunakan, semakin berkualitas bahan dan semakin rumit motifnya, maka harganya akan sangat tinggi. Sebenarnya ada lagi kain tenun khas sidemen yaitu kain “Bebali” yang merupakan kain khusus di pakai untuk saat upacara Manusa Yadnya dan Dewa Yadnya.Songket Sidemen berdasarkan bahan bakunya dapat dibedakan menjadi empat kategori yaitu: kain songket dengan benang emas, kain songket dengan benang perak, kain songket dengan benang biasa (katun) dan kain songket dengan benang kombinasi (campuran dari benang emas, perak dan katun). Ciri khas dari Desa Sidemen Karangasem ini adalah motif Cempaka, Celedan, Cepuk dan Nagasari. Motif-motif tersebut merupakan motif tetap dilestarikan oleh warga desa yang mayoritas penduduknya berprofesi sebagai penenun Kain Endek Sidemen. Sedangkan teknik pembuatannya pun masih menggunakan teknik tradisional. Dimulai dengan memintal benang dan dibentangkan di lata perentang, kemudian helaian demi helaian diikat dengan tali sesuai pola ragam hias dan warna yang akan dibuat. Selain itu untuk pembuatan kain endek juga masih menggunakan Alat Tenun bukan mesin (ATBM). Bagi yang berminat membeli kain dari Sidemen dapat menghubungi Ibu Gusti Ayu Darmasih. (pkbl/ sulasa)
Indonesia kaya akan ragam seni dan budaya serta kerajinan daerah. Salah satunya adalah kerajinan tenun yang menghasilkan kain endek atau kain songket. Seperti kabupaten Jembrana di Bali juga memilki kerajinan tenun berupa kain songket Jembrana yang memilki motif seperti bulan bintang, bedeg-bedegan, dan pala yuyu sebagai ciri khas songket gaya Jembrana. Salah satu pengerajin songket Jembrana yaitu Bapak Ketut Widiadnyana bersama istrinya membentuk kelompok pengerajin tenun bernama Tenun Putrimas yang berlokasi di daerah Pendem Kabupaten Jembrana. Pak Ketut sangat tekun dan ulet dalam memajukan usaha tenunnya. Bahkan istrinya yang yang seorang dokter lebih senang sebagai pengerajin tenun daripada menjalankan profesinya sebagai dokter. Sebagaimana penuturannya bahwa dia totalitas mendalami kerajinan songket Jembrana sebagai salah satu upaya untuk pelestarian budaya warisan nenek moyang serta pemberdayaan masyarakat sekitar, khususnya kaum perempuan, sehingga bisa menjadi lebih produktif dan mampu turut serta dalam menggerakkan perekonomian masyarakat. Upaya ini dilakukan mengingat adanya kekhawatiran bahwa songket Jembrana ini bila tidak dilestarikan diperkirakan punah dalam kurun waktu 20 tahun lagi. Hal tersebut didasari oleh kondisi dimana umur penenun yang mereka ajak saat ini rata rata berusia sekitar 40 tahun. Sangat jarang ada anak muda yang mau belajar menenun. Bersama kelompok Tenun Putrimas, mereka telah mengembangkan alat tenun songket tanpa sambungan. Alat ini merupakan modifikasi dari alat tenun tradisional (alat tenun cagcag) tanpa mengurangi ciri khas dari kain songket itu sendiri dan relatif mudah digunakan. Selain Alat Tenun tanpa sambungan kelompok tenun Putrimas juga memproduksi karya inovatif yaitu songket batik alam Jembrana. Songket batik alam diproses melalui beberapa tahapan. Dari songket biasa diproses dengan batik tulis dan proses terakhir dengan pencelupan alam. Produk-produk inovatif ini dikembangkan sebagai upaya menangkal segala bentuk penjiplakan yang menjatuhkan harga songket tradisional. Harga sebuah songket Jembrana sangat variatif mulai dari Rp1.000.000,- sampai dengan Rp25.000.000,- tergantung bahan motif songket yang dihasilkan. Saat kondisi cukup ramai omset tenun Putrimas bisa mencapai Rp100.000.000,- sampai dengan Rp200.000.000,- sebulan. Jika berminat membeli songket khas Jembrana dari Putrimas dapat menghubungi Ketut Widiadnyana (08123809557). (pkbl/sulasa)
Beberapa jenis jeruk lokal yang banyak dijadikan usaha di Indonesia diantaranya ialah jeruk keprok, jeruk siam, jeruk besar, jeruk nipis, jeruk manis dan jeruk lemon. Dari beberapa jenis jeruk tersebut, tanaman hortikultura yang mempunyai prospek baik dan termasuk tanaman unggulan nasional adalah jeruk siam. Jeruk siam ini paling banyak dikembangkan karena perawatannya relatif mudah, hasilnya banyak dan laku dijual di pasaran sebagai buah segar. Kabupaten Bangli merupakan salah satu kabupaten di Bali yang penduduknya berprofesi sebagai petani jeruk siam. Hal itu didukung oleh lingkungan seperti tanah, iklim, ketinggian tempat, dan suhu yang sesuai. Kelompok petani jeruk di Desa Katung, Kintamani Bangli sebagian besar menanam jenis jeruk siam ini karena memang cocok ditanam di wilayahnya. Selain itu secara ekonomi sangat bermanfaat dan bisa menjadi sumber penghidupan keluarga. Jeruk siam Desa Katung Kintamani selain banyak dipasarkan di sekitar wilayah Bali juga beberapa ada yang menjualnya sampai daerah Surabaya, Solo dan Jakarta. Rata-rata petani jeruk di desa Katung memilki 600-700 pohon jeruk siam untuk luas tanah sekitar 1 hektar. Setiap kali panen jeruk yang dihasilkan dapat mencapai 25 -30 ton jeruk dengan perkiraan harga per kilogram sebesar Rp4.000,- sehingga pendapatan kotor petani jeruk di Desa Katung mencapai kisaran Rp100.000.000,- sampai dengan Rp150.000.000,-. Kondisi inilah yang membuat Desa Katung secara perekonomian masyarakatnya cukup baik dan bahkan bisa di tingkatkan jika mereka mendapatkan pelatihan pengolahan jeruk dengan berbagai pengembangan atau inovasi produk turunnya seperti pie jeruk, selai jeruk dan lain sebagainya. Dengan demikian persaingan tidak hanya saat panen saja tetapi dengan inovasi tersebut bisa juga menciptakan peningkatan kesejahteraan petani yang lebih baik lagi. Sebagaimana penuturan dari Bapak Agus Wirahadi (0819-16544770) selaku ketua kelompok tani jeruk di Katung. (pkbl/ sulasa)
Kelompok Kopi Kaki Rinjani milik Ibu Hakiah ini berdiri pada tanggal 20 Maret 2015. Kelompok usaha ini berada di Dusun Persil, Desa Karang Sidemen, Kecamatan Batukliang Utara, Kabupaten Lombok Tengah. Kelompok Kopi Kaki Rinjani memproduksi kopi bubuk yang di beri nama “Kopi Telapen” yang dalam bahasa Sasak “Telangan Peneng” (artinya Penghilang Sakit Kepala). Hal ini merupakan kepercayaan masyarakat setempat jika meminum kopi dapat menghilangkan rasa sakit kepala akibat dari kelelahan setelah beraktifitas dan perjalanan jauh. Biji kopi yang digunakan untuk menghasilkan bubuk kopi Telapen ini diambil dari para petani kopi yang berada di sekitar Desa Karang Sidemen. Daerah pemasaran kopi ini berada di Pulau Lombok, selain itu di beberapa daerah lain seperti Yogyakarta, Kalimantan, hingga ke luar negeri yaitu Malaysia. Kisaran harga produk kopi yang dipasarkan berkisar Rp20.000,- hingga Rp35.000,- tergantung dari kemasan kopi. Jika berminat untuk membeli kopi Telapen dapat menghubungi nomor telepon berikut ini: 081916041063. (pkbl/ sagung)
Selain menghasilkan pertanian jeruk, wilayah Kitamani, Kabupaten Bangli juga terkenal dengan potensi tanaman kopi jenis arabika. Kopi arabika memiliki tingkat keasaman yang lebih rendah dibandingkan kopi robusta. Oleh karena itu kopi arabika merupakan jenis kopi yang paling banyak disukai oleh masyarakat dunia. Bahkan, hampir 70 persen pedagang kopi dunia didominasi oleh jenis kopi arabika.Kopi arabika Kintamani secara umum tidak berbeda jauh dengan kopi arabika dari daerah lain. Tetapi ada hal unik yang terdapat dalam cita rasa pada kopi arabika Kintamani. Ciri khas yang tidak dimiliki kopi arabika lainya namun ada pada kopi Kintamani adalah adanya tambahan rasa buah di dalamnya. Cita rasa ini bukanlah karena campur tangan manusia dengan membubuhkan zat kimia, melainkan terjadi secara alami. Rasa tersebut muncul karena sistem penanaman kopi kintamani yang ditanam bersebelahan dengan pohon jeruk.Kelompok petani yang membudidayakan kopi arabika in adalah kelompok tani Banjar Mabi Kintamani, Bangli yang beranggotakan sekitar 20 orang. Dengan jumlah anggota yang terbatas, penjualan biji kopi jenis arabika hanya mampu melayani konsumen dari pengusaha kedai kopi atau restoran yang ada di sekitar Seminyak dan Kota Denpasar. Kedepannya kelompok ini ingin mengolah biji kopi arabika secara mandiri menjadi produk dalam kemasan yang nantinya akan meningkatkan pendapatkan petani. Rata-rata kelompok ini dapat menjual 20 – 30 ton biji kopi arabika dengan kisaran harga per kilogram sebesar Rp25.000,-. Made Rida selaku ketua kelompok sangat mengharapkan dari hasil penjualan biji kopi nantinya bisa mewujudkan keinginan untuk memilki mesin pengolahan sendiri bagi kelompok tani, agar keutungan yang di dapat menjadi lebih tinggi dari saat ini. Untuk membeli biji kopi arabika Kintamani Mabi dapat menghubungi Bapak Rida Atmaja (0877-4278-0195). (pkbl/ sulasa)
Dharmasetya Artshop merupakan perusahaan (home industry) yang bergerak dalam bidang pembuatan kain tenun tradisional. Artshop yang dimiliki oleh Ibu Hj. Robiah ini dibentuk pada tanggal 22 April 1990 di Desa Sukarara, Kecamatan Jonggat, Kabupaten Lombok Tengah. Produk jenis kain yang dihasilkan oleh kelompok tenun adalah kain tenun songket dan kain tenun ikat dengan berbagai macam motif khas Lombok. Kain-kain tenun hasil produksi Dharmasetya Artshop ini selain dipasarkan di Pulau Lombok, produknya juga telah dipasarkan ke beberapa daerah di Indonesia seperti ke Jakarta, Bandung, Surabaya, Bali, dan Yogyakarta. Produk kain tenun ini juga dipasarkan hingga ke mancanegara seperti Malaysia, Jepang, Prancis, Italia, dan Belanda. Produk-produk kain tenunnya juga sering digunakan dalam acara pemerintahan dari tingkat kabupaten hingga provinsi. Kisaran harga produk tenun yang dipasarkan adalah sekitar Rp50.000,- hingga Rp3.000.000,- tergantung jenis kain dan benang yang digunakan pada kain tenun. Jika berminat untuk membeli kerajinan ini dapat menghubungi di nomor telepon : 08175787961. (pkbl/ sagung)
Tenun Aksara Gelgel, Klungkung - Bali didirikan oleh seorang anak muda yang juga anak dari pengrajin tenun terkenal di kabupaten Klungkung. Agus Aksara adalah pemilik usaha Tenun Aksara di Klungkung - Bali. Agus menekuni dengan sangat serius kerajinan menenun tersebut karena melihat perlu ada yang meneruskan usaha orang tuanya. Namun dia tidak langsung melanjutkan usaha orang tuanya tetapi mencoba dengan mendirikan usaha tenun sendiri dengan memanfaatkan ibu-ibu di sekitar rumahnya sebagai tenaga kerjanya. Strategi usaha yang dilakukan adalah memproduksi kain endek dan kain songket sendiri namun dalam pemasarannya memanfaatkan brand usaha orang tuanya, sehingga secara tidak langsung kualitas produk yang akan dihasilkan oleh pengerajin Tenun Aksara harus sesuai standar dari brand tenun dari usaha orang tuanya yang sudah sangat terkenal.Dalam menghadapi persaingan, Agus mencoba berinovasi dengan menciptakan tenun ikat catri hasil kolaborasi tenun ikat dengan teknik air brush. Selain itu untuk songket, tetap menampilkan ciri khas berupa songket klasik antik yang berbeda dari yang beredar di pasaran. Melalui strategi tersebut usahanya terus meningkat baik omset maupun tenaga kerja. Harga kain endek dari jenis biasa sampai endek ikat catri berkisar pada harga Rp175.000,- sampai dengan Rp2.000.000,-/lembar. Ukuran per lembar kain yang dijual adalah 2,5 meter x 1,05 meter. Sedangkan untuk satu potong kain songket dari bahan biasa sampai dengan kain sutra lengkap dengan benang emas harganya berkisar Rp1.500.000,- sampai dengan Rp25.000.000,-. Bagi yang ingin mencari kain endek atau songket produksi Tenun Aksara dapat mengunjungi usahanya yang beralamat di Banjar Pegatepan, Gegel, Klungkung - Bali dan dapat juga dipesan dengan menghubungi Agus Aksara di 0878-60846955. (pkbl/ sulasa)
Kelompok Usaha Purnama milik Bapak M. Zaenuri Hamka ini berdiri pada tahun 2010 di Kelurahan Leneng, Kecamatan Praya, Kabupaten Lombok Tengah. Kelompok usaha ini memproduksi barang-barang kerajinan perlengkapan rumah tangga dan aksesoris yang dibutuhkan oleh perhotelan, perkantoran, rumah tangga dll. Bahan baku yang digunakan dalam memproduksi kerajinan ini berasal dari alam sekitar, seperti bambu, rotan ketak, limbah kerang dll. Produk yang dihasilkan Kelompok Purnama diantaranya adalah kerajinan Lampu Hias, Aksesoris, Tas, Tempat Tisu dan beberapa barang kerajinan lainnya. Kelompok ini juga melibatkan masyarakat sekitar dalam meningkatkan produksi kerajinannya dalam memenuhi kebutuhan pasar baik dalam negeri maupun mancanegara. Hingga saat ini pemasaran kerajinan lampu hias telah mencapai di beberapa daerah di Indonesia seperti Makassar, Medan, Jakarta, Jogja, dan Bali. Ekspor ke beberapa benua seperti Benua Eropa yaitu di negara Belanda, Prancis, Inggris, Yunani, dan Amerika, negara-negara yang ada di kawasan Timur Tengah seperti negara seperti Dubai dan Iran, dan yang terakhir yaitu benua Asia seperti negara Malaysia, Singapura, Filipina, Brunei Darussalam, dan Australia. Kisaran harga produk kerajinan yang dipasarkan adalah Rp50.000,- hingga Rp750.000,- tergantung dari jenis model kerajinan. Jika berminat untuk membeli kerajinan ini dapat menghubungi melalui nomor telepon berikut. 0817563041. (pkbl/ sagung)